Kamis, 02 Agustus 2007

HAL-HAL YANG MEMBATALKAN IMAN


Setelah kita memahami makna syahadat, kita juga harus tahu apa yang membatalkan persaksian itu, hal ini sangat penting dan harus diketahui oleh setiap orang yang mengucapkan syahadatain. Karena kita mendapati banyak orang dalam masyarakat kita yang mengucapkan syahadatain itu, namun ia berbuat sesuatu yang bertentangan dengan syahadat tersebut, baik itu karena tidak tahu atau pun disengaja.

Di sini kami akan menjelaskan sepuluh hal yang membatalkan keislaman seseorang, sebagaimana dijelaskan oleh Muhammad bin Abdul Wahab dengan sedikit penjelasannya. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:

A. Syirik dalam beribadah, sebagaimana firman Allah SWT:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan mengampuni segala dosa (selain syirik) bagi yang dikehendaki-Nya." (Q.S. An-Nisa': 48).
begitu pula firman-Nya:
"Sesungguhnya orang yang menyekutukan (sesuatu dengan) Allah. Maka Allah telah haramkan baginya surga dan tempat kembalinya adalah neraka, dan tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu satu penolong pun." (Q.S. Al-Maidah 72).

Allah menyebut masalah syirik, karena hal itu adalah dosa terbesar yang memungkinkan dilakukan oleh manusia, sementara tidak ada dosa yang lebih besar dari syirik sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas, disertai pernyataan Allah bahwa Dia tidak akan mengampuni dosa syirik.

Syirik ada dua macam, yaitu:
1- Syirik Besar (Syirik Akbar)
Syirik ini apabila dilakukan oleh seorang muslim maka dia dinyatakan keluar dari Islam dan diazab oleh Allah selama-lamanya dalam api neraka. Namun jika dia bertaubat sebelum meninggal, maka Allah akan mengampuninya.
Contok syirik ini adalah: Penyembahan patung, hewan, bebatuan, pepohonan yang sering dilakukan kalangan animisme dan dinamisme atau bentuk penyembahan lain yang kita dapati dalam masyarakat kita.

2- Syirik Kecil (Syirik Ashghar)
Walaupun dinamakan Syirik Kecil, tetapi itu merupakan salah satu dosa besar, meski pelakunya tidak dinyatakan keluar dari agama Islam.
Contoh Syirik ini adalah: Bersumpah dengan nama selain Allah, baik nama Rasul maupun malaikat atau yang lainnya. Semisal: "Demi Nabi Muhammad, aku akan berbuat ini."
Contoh lain adalah Riya'. Riya' adalah berbuat sesuatu agar dilihat oleh orang dengan tujuan supaya mendapatkan pujian, sanjungan atau hadiah. Perbuatan ini sepertinya sepele tetapi ini adalah bagian dari syirik kecil yang merupakan dosa besar, sehingga Rasulullah SAW. banyak memberi peringatan dalam masalah ini. Maka kita harus benar-benar waspada terhadap masalah syirik ini, terutama Syirik Akbar karena perbuatan itu dapat mengeluarkan pelakunya dari Islam.

B. Menjadikan makhluk sebagai perantara antara dia dan Allah SWT. dengan melakukan amalan-amalan seperti berdoa, meminta syafaat juga minta ampunan melalui media perantara yang mungkin berbentuk kuburan wali, pohon-pohon besar yang dianggap keramat, benda-benda pusaka semacam keris atau tombak.

Ini adalah kekufuran yang banyak melanda kaum muslimin dan sangat berbahaya, karena pelaku perbuatan tersebut berkedok Islam, padahal di dalamnya sangat jelas terdapat kekufuran. Misalnya ketika dia tertimpa musibah dia meminta kepada seorang wali yang sudah meninggal agar dilepaskan dari musibah, dengan anggapan bahwa wali itu akan lebih diterima kalau dia yang meminta kepada Allah.

Si pelaku melakukan itu tidak lain karena tidak mengenal ajaran Islam yang benar. Dalih yang mereka pakai dalam melakukan hal itu adalah dengan permisalan, kalau seorang meminta sesuatu kepada seorang raja tentu ia tidak akan langsung meminta kepadanya, karena dia harus menyampaikan permintaannya melalui "pembisik" atau orang dekatnya yang kemudian akan menyampaikan permintaan itu kepada sang raja.

Dari sini kita bisa simpulkan dari alasan mereka bahwa Allah Ta'ala disetarakan dengan makhluk yang lemah yang dalam permisalan mereka adalah seorang raja.

Kita tidak bisa samakan antara makhluk lemah yang banyak kekurangan dengan Allah Yang maha sempurna dan Yang mengetahui segala sesuatu. Karena bagaimanapun juga, makhluk penuh dengan keterbatasan, walaupun dia seorang raja, karena dia tidak tahu kebutuhan rakyatnya dan ketidak-puasan yang ada di dalam hati mereka. Oleh karena itu, seorang raja tentu membutuhkan orang lain yang membantunya. Hal ini sangat berlainan dengan keberadaan Allah Yang maha mengetahui apa yang diminta oleh manusia dan apa yang berada di dalam hati mereka.

Siapa saja yang memperhatikan dan menelaah Al-Qur'an tentu ia akan mendapati pernyataan Allah bahwa para pelaku Syirik Akbar ini telah keluar dari Islam. Firman Allah Ta'ala:
"Katakanlah: "Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam (penciptaan) langit dan bumi, dan sekali-kali tidak ada di antara meraka yang menjadi pembantu bagi-Nya. Dan tidak bergun syafa'at di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkannya memperoleh syafa'at itu." (Q.S. Saba 22-23).

Firman-Nya: "Katakanlah: "Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya dari padamu dan tidak pula memindahkannya. Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada tuhan mereka. Siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya? Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti." (Q.S. Saba 56-57).

Firman-Nya: "Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata:) "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya." Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya." (Q.S. Az-Zumar 3).

Masih banyak lagi ayat-ayat yang memerintahkan kita untuk mengikhlaskan diri dalam beribadah. Ketiga ayat di atas membantah pendapat mereka bahwa tidaklah mereka meminta kepada wali atau orang shaleh karena ia kotor, maka agar permintaannya dikabulkan Allah, mereka jadikanlah para wali dan orang-orang shaleh itu sebagai perantara. Sebagaimana disebutkan dalam ayat ketiga di atas, bahwa mereka tidaklah menyembah wali atau orang-orang shaleh tersebut, namun yang mereka maksudkan adalah agar para wali tersebut mendekatkan mereka kepada Allah.

C. Tidak mengkafirkan kelompok musyrikin, ragu-ragu dengan kekafiran mereka atau membenarkan madzhab mereka. Sikap mengkafirkan orang musyrik harus dimiliki oleh setiap muslim karena Allah Ta'ala telah mengkafirkan mereka, sebagaimana disebutkan dalam banyak firman-Nya, dan memerintahkan untuk memerangi mereka karena kebohongan mereka dengan menjadikan makhluk Allah sebagai sekutu-Nya. Maka jika ia tidak mengkafirkan mereka berarti menentang dengan perintah Allah.

Begitu juga orang yang membenarkan madzhab mereka, telah keluar dari Islam berdasarkan kesepakatan ulama' tetapi alangkah menyedihkan bahwa ternyata pendapat yang salah seperti ini tersebar pada masyarakat kita, seperti pendapat bahwa semua agama adalah benar. Pendapat-pendapat yang semacam ini banyak diserukan oleh orang-orang yang otaknya telah teracuni pemikiran yang mereka bawa dari negeri barat, yang lebih ironis lagi hal ini diajarkan di sekolah-sekolah dari tingkat dasar sampai tingkat atas.

Nabi SAW bersabda: "Barangsiapa yang mengucapkan "Laa ilaaha illallah" dan mengingkari sesuatu yang disembah selain Allah maka telah haram harta dan darahnya dan perhitungannya kembalikan kepada Allah."

Dalam hadits ini dijelaskan bahwa harta dan darah seseorang adalah menjadi haram hukumnya dengan cukup berkata "Laa ilaaha illallah" namun dengan syarat harus mengingkari semua sesembahan selain Allah, tetapi jika tetap meyakini kebenaran pendapat seorang musyrik dan tidak mengkafirkan mereka, maka darah dan hartanya halal, karena dia telah menyalahi agama yang dibawa Nabi Ibrahim alaihis salam, di mana beliau adalah contoh dan suri tauladan bagi kita kaum muslimin sebagaimana firman-Nya yang mengisahkan tentang sikap dan pendirian beliau terhadap orang-orang musyrik.

"Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja." (Q.S. Al-Mumtahanah 4).

Dan firman-Nya: "Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berperang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui." (Q.S. Al-Baqarah 256).

Jadi dari dua ayat di atas, sangatlah jelas bagaimana seharusnya seorang mu'min bersikap terhadap orang-orang kafir.

Wallahu a'lam

1 komentar:

manji_imut mengatakan...

Weh... kita harus hati-hati dong bos...agar keimanan kita kuat dan istiqomah